Advertising

Kamis, 12 September 2019

Raja Telinga Keledai

 

Raja Telinga Keledai

fabel, naratif

dahulu kala hiduplah seorang raja yang sewenang-wenang, Raja Zanas namanya. Kegemarannya menumpuk harta kekayaan  sebanyak-banyaknya  dari pajak rakyatnya. Raja Zanas terkenal sebagai seorang raja yang tamak dan sangat kikir. Rakyatnya hidup sengsara. Mereka tidak sekalipun pernah dipikirkan oleh sang raja. Anehnya raja yang zalim itu mempunyai kesukaan dalam mendengarkan musik.

Orang-orang bijak mengatakan bahwa musik dipercaya dapat memperhalus perasaan. Oleh karena nya bagi sispa yang menyukai mendengarkan musik, dipercaya akan mempunyai perasaan yang lembut tetapi cerdas. Raja Zanas sangat gemar mendengarkan tiupan suling. Kebetulan di negerinya ada seorang peniup seruling handal yang bernama Tarajan.

dikarenakan keahliannya, Raja Zanas sangat memanjakan Tarajan. Sang raja kerap mengirim peniup seruling itu ke seluruh pelosok negeri dan juga ke luar kerajaannya untuk mengikuti perlombaan. Karena kepiawaianya, Tarajan selalu jadi juara pertama dan memperoleh banyak hadiah yang menggiurkan. Alangkah sayangnya, hal itu Tarajan jadi sombong dan congkak. Karena sombongnya Tarajan sesumbar dapat mengalahkan Dewa Apolo, seorang Dewa bangsa Yunani yang diyakini menguasai seni musik.

Suatau hari, Tarajan m,entyampaikan keingannya kepada Raja Zanas agar ia dipertandingkan dengan Apolo. Usul aneh itu diterima dengan baik bahkan raja merasa bangga jika Tarajan dapat mengalahkan pemain musik dari kerajaan langit itu. Dewa Apolo yang mendengar tantangan itu menyanggupi. Dari sisi, Dewa itu ingin memberi pelajaran pada Tarajan dan Raja Zanas yang berkelakuan tidak lazim.

“Jika nanti aku kalah bermain seruling, biarlah aku menjadi abdi Raja Zanas seumur hidupku. Akan tetapi, bila ternyata aku yang menang, aku minta separuh kerajaanmu dan akan kuserahkan pada rakyatmu” kata Dewa Apolo kepada Raja Zanas. Mendengar hal itu, Raja Zanas dan Tarajan setuju. Mereka begitu yakin dapat mengalahkan keahlian Apolo dalam meniup seruling, dikarenakan ia yang tampak masih sangat muda itu.

Pada hari yang telah ditentukan pertandingan meniup seruling dimulai. Seluruh rakyat tumpah ruah ke halaman Istana Raja Zanas. Dewa Zeus sebagai penguasa seluruh khayangan di dampingi para dewa yang lain ikut menyaksikan tanpa seorang pun yang tahu. Sebagai penantang tentu saja Tarajan dipersilakan meniup seruling terlebih dahulu. Dengan pongah Tarajan naik ke atas podium lalu segera meniup serulingnya. Seruling emas berbalut intan permata milik Tarajan segera mengumandangkan lagu-lagi yang sangat merdu. suara seruling itu naik turun seperti ombak, iramanya terdengar lembut seperti angin pesisir dan terkadang bergolak seperti ombak menerjang karang.

Para penonton yang mendengarkan suara seruling Tarajan bagaikan tersihir. Begitu hebatnya tiupan seruling Tarajan. Raja Zanas yang menyaksikan acara tersebut tertawa terbahak-bahak. Dia amat  yakin sekali peniup serulingnya akan keluar jadi pemenang. Tetapi Dewa Apolo tampak begitu tenang. dia tetap duduk diam bagaikan patung, dengan senyum di bibirnya. Dia tampak kagum juga pada permainan seruling Tarajan. Sesudah selesai meniup seruling, Tarajan berdiri berkacak pinggang dengan wajah sangat pongah diiringi sorak sorai penonton yang bergemuruh seperti membelah angkasa

Kini giliran Dewa Apolo untuk menunjukkan kebolehannya. Dewa kesenian itu mengangkat serulingnya dengan cantik sekali. cara memegang serulingnya tampah sangat lembut bagaikan sedang menimang bayi suci. Tatkala bibirnya meniupkan sebuah lagu, langit tampak berpendar-pendar di antara siang dan malam. Para penonton dibuat terkesima dalam irama yang luar begitu biasa merdunya. Dengan mata terpejam tanpa mereka sadari, semua yang hadir ikut menari dengan lembut sekali. Mereka pun ikut menyanyi sebuah lagu kedamaian yang sekonyong-konyong mampu  mereka nyanyikan. Rakyat yang tumpah ruah di acara itu begitu larut dalam lagu-lagu dan irama yang sebelumnya tidak pernah mereka dengarkan tetapi sangat merdu mendayu-dayu di telinga mereka.
Setelah Dewa Apolo menyelesaikan permainannya, Dewa Zeus menampakkan diri. Orang -orang terkejut melihatnya. Lalu, Dewa Zeus menyatakan Dewa Apolo sebagai pemenangnya dengan beberapa kriteria yang diterima oleh semua yang hadir. Lalu Dewa Zeus meminta Raja Zanas untuk segera memenuhi janjinya dengan memberikan separuh kerajaannya pada rakyatnya. Tetapi Raja Zanas yang kikir itu menolak dengan berbagai argumen sehingga membuat Dewa Zeus marah. “Hai Raja zanas, selama kau tidak memberikan pada rakyat apa yang telah kau janjikan, maka telingamu akan membesar setiap hari.” Kata Dewa Zeus.

Apa yang dikatakan Dewa Zeus menjadi kenyataan. Telinga Raja Zanas tiap hari semakin tumbuh membesar hingga sangat berat dan membuatnya tidak bisa berdiri dan berjalan. Jadilah ia raja bertelinga keledai. Akhirnya Raja Zanas bertaubat dan menyerahkan separuh kerajaannya pada rakyatnya. Dan berjanji tidak lagi kikir dan tamak. Dewa Zeus yang menjadi saksi dari ucapannya memaafkan dan merubah Raja Zanas menjadi manusia normal kembali.




    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write coment�rios